Senin, 04 Oktober 2010

Filosofi Jam Tangan dan Ferrari

Beberapa hari yang cukup menyita pikiran hanya untuk bertanya "Jakarta, haruskah saya tinggal disini?". Kalau tidak salah semua berawal dari advise sederhana oleh Prinsipal Arsitek saya, Mas Andri. Kenapa di Jakarta arsitektur lebih jauh berkembang daripada kota lainnya. Klien. Ya, di Jakarta arsitektur berkembang karena faktor paling atas dalam rantai arsitektur. hehehe. Sebagai contoh di kota kelahiran saya, sangat sedikit klien yang mau menggunakan arsitek hanya untuk gambar dan desain. Bahkan sangat jarang klien mau diajak untuk eksplorasi desain dan material (diluar kemampuan arsiteknya, tapi sepertinya itulah faktanya)

Gengsi. Kata baru yang saya serap di dunia arsitektur akhir2 ini. Bahwa ternyata klien menggunakan arsitek ternyata juga bisa menjadikan kebanggaan bagi dirinya. Mereka bangga didesain arsitek top di Indoneia (atau luar negeri). Dan pasti sangat tidak bangga ketika rumahnya didesain oleh Nurcholis Akbar. :p

Beberapa jam sebelum saya menulis posting ini, saya dan Prinsipal Arsitek meeting dengan sebuah perusahaan untuk membuat sebuah rumah untuk pejabat di luar jawa. Dan di meeting itu sepertinya presentase kegiatan adalah sebagai berikut :

5% basa basi
10%desain
10%teknis

dan 75% tentang kebanggan dirinya dan perusahaan, tentang image seorang pejabat itu harus terwujudkan di bangunan, tentang membuat ruangan yang kalap, ga masuk akal, dan sangat tidak sesuai kebutuhan, dan tentang menjelek-jelek kan orang lain.

Da**mn. Kenapa dengan orang2 ini, kenapa sangat suka sekali memakai topeng di hadapan orang lain. Apa ini salah Jakarta karena menjadi ibukota? Apa ini salah Jakarta karena kebutuhan disini sangat banyak dan begitu cepat berganti.

Dan saya resmi sangat muak.

Saya pernah dengar ada sebuah filosofi tentang jam tangan dan ferrari, kebetulan waktu meeting hal itu muncul kembali ke permukaan.
Kira-kira seperti ini :

"Hei kamu, kalau boleh memilih, mana yang akan kamu beli, sebuah mobil Ferrari atau Jam Tangan?"

pilihlah mobil ferrari jika kamu hanya ingin terlihat tidak sebagaimana aslimu. Jika kamu mengendarai sebuah mobil Ferrari di jalanan ibukota, apakah orang2 akan melihat mu? atau hanya melihat mobilmu?

dan ketika kamu memilih untuk membeli jam tangan, dan dengan itu bisa membuatmu lebih tepat waktu, apakah orang2 akan melihat jam tanganmu yang tersembunyi di balik jas mu? bahkan mereka tidak peduli apakah yang kamu pakai itu Rolex atau jam tangan yang kamu beli di pasar. Karena mereka akan melihatmu sebagai orang yang disiplin dan tepat waktu. Melihat dirimu dari usahamu.

memang benar apa yang teman saya tulis di Twitter beberapa waktu lalu..
Jakarta?
sepertinya hanya bisa dinikmati ketika engkau menutup mata dan telingamu.

October 4th 2010
permata hijau.
pulang lembur.

Tidak ada komentar:

Profile

Foto saya
Learn about architectural space at Department of Architecture and Planning Gadjah Mada University and now lives with his architecture with all its colors at Kas+Architecture, Kemang, South Jakarta. This is my blog, so i'll show you all about my thought. Enjoy it.